
Setiap kisah hijrah para Sahabat Nabi Muhammad SAW mengandung permata hikmah yang tak lekang oleh zaman. Namun, ada satu kisah yang secara mendalam menyentuh inti dari prinsip ekonomi syariah: menempatkan keberkahan dan keimanan di atas materi. Kisah itu milik Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi, seorang sahabat yang merelakan seluruh kekayaan dunianya demi sebuah perjalanan menuju Ridha Allah SWT.
Dari Perbudakan Menuju Kesuksesan Dagang
Shuhaib Ar-Rumi adalah sosok yang unik. Meski dijuluki ‘Ar-Rumi’ (dari Romawi) karena masa kecilnya yang sempat menjadi tawanan di sana, ia bukanlah orang yang datang dari garis keturunan terpandang di Mekah. Ia adalah seorang maula (bekas budak) yang kemudian meraih kemerdekaan dan membangun kekayaannya sendiri melalui ketekunan berdagang.
Dengan kecerdasan dan kejujuran, Shuhaib berhasil mengumpulkan harta yang melimpah ruah. Ia adalah representasi dari seorang profesional sejati; bekerja keras, cakap dalam bisnis, dan dipercaya. Kekayaan ini, sayangnya, menjadi penghalang terbesar saat perintah hijrah dari Mekah ke Madinah tiba.
Ujian Berat di Perbatasan Mekah
Ketika Shuhaib berniat menyusul Rasulullah SAW dan para Sahabat lainnya berhijrah, kaum kafir Quraisy mencegatnya. Mereka berkata, “Engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin, lalu hartamu menjadi banyak di sisi kami. Sekarang engkau ingin pergi dengan membawa hartamu dan jiwamu? Demi Allah, itu tidak akan terjadi!”
Dalam perspektif ekonomi, ini adalah pemblokiran total terhadap aset dan likuiditas. Shuhaib dihadapkan pada pilihan yang mustahil: kembali menjadi kafir dan mempertahankan harta, atau melepaskan seluruh harta demi keimanan.
Keputusan Emas yang Mengguncang Langit
Tanpa ragu, Shuhaib menawarkan seluruh kekayaan tunai dan asetnya yang ada di Mekah kepada para pencegat. Ia berkata, “Bagaimana pendapat kalian jika aku serahkan hartaku kepada kalian, apakah kalian akan membiarkan aku pergi?” Mereka setuju.
Maka, Shuhaib menyerahkan semua yang ia miliki: dinar, dirham, hingga unta-unta. Ia berangkat menuju Madinah hanya membawa pakaian di badan dan keimanan di dada.
Ketika Shuhaib tiba di Quba, Rasulullah SAW menyambutnya dengan wajah berseri-seri dan mengucapkan kalimat bersejarah yang diabadikan dalam riwayat hadis:
“Sungguh, beruntunglah jual beli Shuhaib! Sungguh, beruntunglah jual beli Shuhaib!”
Ayat Al-Qur’an pun turun menguatkan peristiwa ini:
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)
Sumber: