
Kesehatan adalah salah satu nikmat terbesar dari Allah ﷻ. Sayangnya, banyak orang baru menyadari betapa berharganya kesehatan ketika ia telah hilang. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Hadits ini menjadi peringatan bagi kita bahwa kesehatan adalah amanah yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Tubuh yang sehat memungkinkan seorang muslim beribadah dengan baik, bekerja dengan maksimal, dan memberi manfaat bagi keluarga serta masyarakat.
Dalam maqashid syariah (tujuan utama syariat), menjaga jiwa (hifdz an-nafs) adalah salah satu pilar utama. Itu artinya, Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah ritual, tetapi juga bagaimana seorang muslim menjaga fisik dan mentalnya.
Kesehatan jasmani dan rohani ibarat dua sisi mata uang. Tubuh yang sehat mendukung kekhusyukan ibadah, sementara hati yang tenang menjaga imunitas tubuh. Karena itu, Islam mendorong umatnya menjaga keseimbangan hidup agar selalu berada dalam kondisi optimal.
Beberapa langkah sederhana yang sesuai tuntunan syariat antara lain:
Makan makanan halal dan thayyib. Allah berfirman: “Wahai sekalian manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik yang terdapat di bumi…” (QS. Al-Baqarah: 168).
Mengatur pola tidur. Rasulullah ﷺ memiliki kebiasaan tidur awal malam dan bangun sebelum fajar untuk shalat tahajud. Pola ini menyehatkan tubuh dan jiwa.
Rutin bergerak dan berolahraga. Dalam sejarah, Rasulullah ﷺ bahkan pernah berlari bersama Aisyah RA. Beliau juga menganjurkan belajar memanah, berenang, dan berkuda.
Menghindari hal yang membahayakan tubuh. Seperti minuman haram, rokok, makanan berlebihan, dan malas bergerak.
Sehat bukan tujuan akhir, melainkan sarana. Tubuh yang sehat memudahkan kita untuk melaksanakan shalat, puasa, jihad, bekerja, hingga membantu sesama. Maka menjaga kesehatan sama halnya menjaga amanah Allah agar hidup ini lebih bermanfaat.
Kesimpulan:
Sehat adalah modal hidup. Dengan menjaga kesehatan sesuai tuntunan Islam, kita bukan hanya melindungi diri dari penyakit, tetapi juga memaksimalkan potensi ibadah dan kebermanfaatan hidup.
Sumber:
HR. Bukhari No. 6412
QS. Al-Baqarah: 168
Al-Suyuthi, As-Sunan Al-Kubra