Koperasi Syariah 212

Melampaui Batas Usia: Pelajaran Bisnis dan Kedermawanan dari Al-Harits bin Hisyam, Sang Saudagar Sejati

Prinsip koperasi yang ideal adalah perpaduan antara profesionalisme bisnis yang tinggi dan semangat sosial yang mendalam. Dalam sejarah Islam, sosok yang merepresentasikan perpaduan ini adalah Al-Harits bin Hisyam Al-Makhzumi, seorang tokoh Quraisy terpandang yang kemudian menjadi salah satu panglima dan saudagar sukses dalam barisan Muslimin. Kisahnya mengajarkan kita tentang etos kerja keras yang harus selalu diiringi dengan kesadaran sosial.

Saudagar Terpandang dengan Integritas Tinggi

Al-Harits bin Hisyam adalah saudara dari Abu Jahal. Namun, setelah keislamannya, ia menunjukkan kualitas diri yang jauh berbeda. Ia dikenal sebagai saudagar yang ulung di Mekah dan Madinah. Kekayaan yang ia miliki adalah buah dari manajemen harta yang bijak dan usaha yang tekun (prinsip kasb).

Kisah Al-Harits menepis anggapan bahwa spiritualitas harus mengorbankan profesionalisme. Justru, keimanannya meningkatkan integritasnya sebagai seorang pebisnis. Ia membuktikan bahwa seseorang bisa menjadi Muslim yang taat sekaligus saudagar yang sukses.

Kisah Cawan Air di Medan Yarmuk: Puncak Kedermawanan

Pelajaran paling berharga dari Al-Harits adalah sikap kedermawanannya, terutama di momen-momen sulit. Kisah yang paling terkenal terjadi dalam Perang Yarmuk.

Saat pertempuran mereda, tiga orang mujahid, termasuk Al-Harits bin Hisyam, sedang sekarat karena kehausan. Seseorang membawa cawan air untuk Al-Harits. Tepat saat cawan itu akan menyentuh bibirnya, ia mendengar rintihan temannya di sebelah.

Al-Harits menolak air itu dan berkata, “Berikan kepada saudaraku itu, dia lebih membutuhkannya.”

Ketika cawan itu sampai pada mujahid kedua, ia mendengar rintihan mujahid ketiga. Ia pun menolaknya dan berkata, “Berikan kepada saudaraku yang ketiga.”

Ketika cawan itu sampai pada mujahid ketiga, ia telah wafat. Air dibawa kembali kepada mujahid kedua, tetapi ia pun telah wafat. Air dibawa kembali kepada Al-Harits, dan ia pun telah wafat. Ketiganya wafat dalam keadaan belum sempat meminum air, mendahulukan saudaranya.

Relevansi Kisah Al-Harits dengan Koperasi Syariah 212

Kisah heroik ini menjadi cerminan sempurna dari nilai-nilai Koperasi Syariah:

  1. Profesionalisme dan Etos Kerja: Kekayaan Al-Harits adalah bukti bahwa Islam sangat menghargai kerja keras. Koperasi Syariah 212 harus dikelola secara profesional agar dapat menghasilkan profit yang maksimal bagi umat.
  2. Filosofi Profit dan Benefit: Keuntungan materi (profit) harus dikelola dengan kesadaran sosial untuk mencapai manfaat (benefit) yang lebih besar bagi saudara seiman.
  3. Mendahulukan Kebutuhan Anggota: Dalam momen-momen krusial, semangat Al-Harits harus hidup: mendahulukan kebutuhan anggota lain yang lebih mendesak. Ini adalah inti dari prinsip tolong-menolong (ta’awun) dalam koperasi.

Penutup: Bekerja Keras, Berbagi Ikhlas

Al-Harits bin Hisyam memberikan pelajaran abadi: kedermawanan sejati tidak muncul dari kemiskinan, melainkan dari hati yang kaya dan harta yang diperoleh secara halal dan profesional.

 

Sumber:

  1. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah (Kisah wafatnya Al-Harits bin Hisyam di Yarmuk).
  2. Ibnu Abdil Barr, Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ash-hab (Biografi Al-Harits bin Hisyam).
 

Bagikan

Buka Whatsapp
Koperasi Syariah 212
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu :)