
Kisah Nabi Yusuf AS dan Zulaikha sering kali dikenal sebagai kisah cinta yang rumit dan penuh ujian. Namun, di balik itu, ada pelajaran berharga yang sering terlewatkan, yaitu tentang manajemen dan perencanaan strategis yang berorientasi pada keberlanjutan. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan menghadapi masa sulit dan tidak boros saat masa kelimpahan, sebuah prinsip yang sangat fundamental dalam ekonomi modern, termasuk koperasi syariah.
Ketika Nabi Yusuf AS masih berada di penjara, beliau menafsirkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh sapi gemuk yang dimakan tujuh sapi kurus, dan tujuh tangkai gandum hijau yang dimakan tujuh tangkai gandum kering. Yusuf menafsirkan mimpi itu sebagai pertanda akan datangnya tujuh tahun masa subur yang diikuti oleh tujuh tahun masa paceklik yang parah. Beliau lalu memberikan solusi kepada Raja untuk mengelola sumber daya selama masa subur agar bisa bertahan di masa paceklik. Ini adalah salah satu contoh pertama perencanaan ekonomi makro dalam sejarah Islam.
Solusi yang diberikan Nabi Yusuf adalah sebuah strategi ekonomi yang brilian: menanam dengan giat selama masa subur dan menyimpan hasil panen di lumbung tanpa digiling. Tujuannya adalah untuk mengamankan stok makanan agar tidak rusak dan bisa digunakan saat masa paceklik tiba. Strategi ini bukan hanya berhasil menyelamatkan Mesir dari kelaparan, tetapi juga menjadikan Mesir sebagai pusat perdagangan gandum di wilayah tersebut. Nabi Yusuf tidak hanya berpikir tentang solusi jangka pendek, tetapi juga menciptakan sistem yang berkelanjutan untuk kemakmuran jangka panjang.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini sangat relevan dengan prinsip koperasi syariah. Keberlanjutan adalah kunci. Kita tidak bisa hanya berpikir tentang keuntungan hari ini. Kita harus merencanakan dan mengelola sumber daya dengan bijak, tidak boros, dan mempersiapkan diri untuk tantangan di masa depan. Menabung, berinvestasi dengan bijak, dan tidak hidup boros adalah prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Nabi Yusuf AS. Koperasi syariah, dengan prinsip kebersamaan dan keberlanjutan, dapat menjadi wadah yang tepat untuk menerapkan pelajaran ini. Dengan bersama-sama merencanakan masa depan, anggota koperasi bisa saling membantu melewati masa sulit.
Kisah ini mengajarkan bahwa kecerdasan, integritas, dan perencanaan strategis adalah kunci untuk mencapai keberlanjutan dan kemakmuran, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk komunitas yang lebih luas. Nabi Yusuf membuktikan bahwa seorang pemimpin harus memiliki visi jauh ke depan, mampu menghadapi tantangan, dan memanfaatkan kesempatan dengan bijak.
Sumber:
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 47-49.
Tafsir Ibnu Katsir.