Koperasi Syariah 212 Layani Anggota Nobar 212 the Power of Love

Koperasi Syariah 212 Pusat mengadakan nonton bareng film “212 the Power of Love” di Cinemaxx, Lippo Mall Bogor 2 (dahulu Ekalokasari Plaza) pada Rabu, 9 Mei 2018.

Video ini adalah liputan kegiatan dan wawancara, antara lain dengan Direktur Eksekutif Koperasi Syariah 212, Dr. Ahmad Juwaini, komunitas-komunitas pengajian yang nobar, dan penonton lainnya.

Sebagain besar dari para penonton mengaku terkesan dengan adanya film ini, dan berharap dapat mempertahankan ghirah ibadahnya. Selain, membangkitkan kembali perjuangan umat.

Film 212 the Power of Love berkisah tentang Rahmat (30th), seorang jurnalis di Majalah Republik. Selama ini Rahmat tinggal sendiri di Jakarta, sikapnya yang dingin dan cenderung sinis membuat ia tidak memiliki banyak teman, kecuali Adhin (29th) seorang fotografer yang menjadi satu satunya sahabat.

Suatu ketika Rahmat mendapat kabar bahwa ibunya meninggal dunia, ia pun harus pulang ke rumahnya di Ciamis, rumah yang telah 10 tahun ia tinggalkan dan belum pernah satu kalipun kembali karena permasalahan di masa lalu. Di Ciamis Rahmat bertemu kembali dengan Yasna (25th) seorang gadis cantik, sahabat kecil yang diam-diam masih ia kagumi hingga saat ini.

Usai pemakaman Rahmat bermaksud kembali ke Jakarta, namun dia mendapat berita bahwa ayahnya Ki Zanal (60th) akan melakukan longmarch bersama para santri dari Ciamis untuk mengikuti aksi pada tanggal 2 Desember 2016 di Jakarta yang dikenal dengan aksi bela Islam 212.

Hubungan Rahmat dan Ki Zainal diketahui sangat tidak harmonis, bahkan Ki Zainal menganggap Rahmat adalah sosok pengecut yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Walau Ki Zainal bersikeras, Rahmat terus berupaya menghentikan niat ayahnya tersebut, karena menurutnya itu tindakan konyol dan aksi 212 tak lebih dari aksi politis yang ditunggangi dan akan memicu kerusuhan serta jatuhnya korban jiwa seperti yang terjadi pada peristiwa aksi 98.

Berhasilkah Rahmat menggagalkan niat ayahnya tersebut, atau justru terjebak dalam aksi tersebut? Lalu bagaimanakah akhir hubungan antara Rahmat, Yasna dan ayahnya ? Mampukah ia berdamai dengan masa lalunya?

Terkait