Pengusaha Kreatif Pilih 212Mart

Di serbuan Indomaret dan Alfamart hingga ke desa-desa, mendirikan 212Mart dianggap cara kreatif untuk bersaing di industri ritel.

Setidaknya, ini dikatakan oleh sebuah berita di media online Nusa Tenggara Barat (NTB), lombokpost.net. Berita yang baru hari ini ditayangkan tersebut mengisahkan tentang inisiatif seorang pengusaha lokal, membangun 212Mart bersama Muslim lainnya. Yuk ikuti ceritanya di bawah ini.

Serbuan para investor luar daerah di Mataram ternyata tak melulu berdampak negatif. Buktinya, persaingan yang semakin ketat membuat pengusaha lokal memutar otak. Kini mereka menjadi lebih kreatif.

Kalau beberapa hari lalu ada warung bakso dengan nama unik. Kini Lombok Post mengangkat minimarket dengan nama tak kalah unik.

Salah satunya 212 Mart. Saking uniknya, minimarket ini pun membuat penasaran Buni Yani. Mantan dosen yang “dianggap” biang kerok (sebagian kalangan menganggapnya pahlawan), menekamnya mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di balik jeruji besi.

Secara khusus, beberapa waktu lalu Buni Yani memang mendatangi 212 Mart. Tak hanya berbelanja, dia juga foto-foto di depan minimarket itu. Foto-foto itu kemudian diunggah melalui media sosial dan sempat viral.

212 memang bukan angka biasa. Angka ini menjadi simbol atau ikon bagi sebagian kalangan. Terutama yang ikut dalam aksi bela Islam di Jakarta awal tahun lalu.

Tapi, tulisan ini tidak akan membahas soal aksi demo atau yang terkait dengan permasalahan yang terjadi selama ini. Tapi, ini soal kreatifitas dari pengusaha lokal bernama DR Abdul Aziz Bagis.

Ya, pria ini tergolong pengusaha lokal yang gigih. Yang menolak menyerah dari serbuan usaha sejenis dari investor luar daerah. Ia tak mau mengeluh. Karena Aziz percaya, persaingan akan membuat usahanya semakin kuat dan maju.

“Toko saya ini, tidak ada hubungannya dengan permasalahan politik di sana (Jakarta), kata Aziz pada Lombok Post, kemarin.

Ia menjelaskan sebelum memberi nama minimarketnya 212 Mart, nama tokonya adalah Minimarket Amanah. Namun pada awal bulan Ramadan kemarin, diubah menjadi 212 Mart.

Asal muasal ia memberi nama tersebut, karena dirinya merupakan angota dari salah satu koperasi yang berada di Jakarta. “Saya salah satu anggota dari koperasi 212, yang kala itu (16 Januari 2017) di deklarasi oleh salah satu ketua, di daerah Sentul, jelasnya.

Menurutnya, anggota dari koperasi 212 tersebut, merupakan kumpulan umat Islam yang bersatu dalam dakwah dan mengembangkan nilai perekonomian di masing-masing wilayahnya. “Siapa saja boleh kok menjadi anggota, ungkapnya dengan santai.

Pria yang besar di Ampenan tersebut menceritakan, soal nama tempat usahanya, ia sudah meminta izin pada koperasi tempatnya bernaung. “Alhamdulillah diizinkan. Dan sejak ganti nama, toko jadi lebih ramai,” tutur pria 57 tahun ini.

212 Mart memiliki slogan yang sangat Islami. Yakni, berjamaah, amanah, dan izzah. “212 Mart ini, berbeda dengan minimarket lainnya. Tidak ada pemilik saham, minimarket ini milik semua anggota koperasi,” jelasnya.

Anehnya, meski namanya 212 Mart, namun Aziz tak mau minimarketnya dikait-kaitkan dengan aksi bela Islam 212 di Jakarta. “Saya tegaskan sekali lagi, saya tidak ada sangkut pautnya dengan aksi bela Islam di Jakarta itu. Ikut aksinya pun tidak, ucapnya dengan santai.

Bahkan, ketika Buni Yani berkunjung dan foto-foto di tokonya, Aziz mengaku tidak tahu. “Serius, saya baru tahu malah. Saya tidak kenal dengan Buni Yani, saya hanya kaget saja, beliau berfoto di minimarket saya, imbuhnya.

Kata Aziz, tujuan didirikannya minimarket itu, semata-mata untuk memajukan perekonomian di Kota Mataram, memberi pekerjaan pada pengangguran, dan menyediakan bahan-bahan sehari-hari yang tergolong lebih higienis dan syar’i.

Sekadar diketahui, Aziz merupakan alumni SMAN 1 Mataram. Kini, ia masih aktif sebagai dosen di Universitas Mataram (Unram). Yakni di Fakultas Ekonomi.

Ia lulus Sarjana di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Sementara S2 dan S3-nya ia tuntaskan di ITB Bandung.

Sementara itu, Santi dan Wulan pengunjung 212 Mart mengatakan, ia datang ke toko itu karena penasaran. Awalnya ia berfikir toko mungil tersebut ada kaitannya dengan aksi bela Islam 212.

“Saya tahu toko ini dari sosial media. Saya pikir ini hoax. Ternyata benar, ada toko dengan nama 212 Mart, kata Santi.

“Kan awalnya heboh tuh di sosial media, tapi ketika saya berbelanja di dalam, ya sama saja dengan minimarket lainnya, tidak ada yang berbeda. Mungkin, yang menjadi ciri khasnya itu, pegawainya semua pria  dengan pakaian muslim. Mereka memakai kopiah semua, tambah Wulan.

Sebagian dari berita ini telah dimuat di http://www.lombokpost.net/2017/07/06/beginilah-cara-pengusaha-lokal-bertahan-dari-gempuran-investor-luar/

Terkait