- May 17, 2017
- Posted by: Koperasi Syariah 212
- Category: Berita
Kemajuan bangsa itu juga kemajuan yang harus dinikmati umat Muslim.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Anwar Abbas mengatakan, bahwa Umat Islam masih berada di pinggiran dari struktur ekonomi yang kapitalistik. Yakni ekonomi umat Islam masih berada di bawah pemain-pemain besar, sedangkan umat Islam belum beranjak dari posisi mikro.
”Struktur ekonomi ini harus dibalik, karena bukan semata soal keadilan ekonomi bagi umat Muslim, melainkan juga soal ketimpangan ekonomi nasional,” kata Anwar kepada Koperasi Syariah 212 ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Padahal lanjut Anwar, piramida ekonomi yang didominasi korporasi besar itu terbukti rentan terhadap krisis. Sementara ekonomi menengah dan kecil itu terbukti tahan gelombang krisis.
”Memutar piramida ekonomi seperti ini bukan pekerjaan kecil, sehingga memerlukan waktu dan kegigihan, bahkan membutuhkan keberpihakan negara,” ujar Anwar.
Menurutnya, umat Muslim sebagai penduduk mayoritas tentu merupakan tulang punggung bangsa Indonesia. Karena kemajuan bangsa itu tentu juga merupakan kemajuan yang juga dinikmati umat. Begitu juga sebaliknya, kata Anwar, kesulitan bangsa juga kesulitan umat Muslim.
Anwar menegaskan, umat Muslim harus menjadi solusi, bukan sebaliknya jadi persoalan bangsa. Tapi hingga kini, tak dipungkiri persoalan umat Muslim belum beranjak dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakberdayaan. ”Jika kita menyebut angka kemiskinan, maka sejatinya kita menyebut kemiskinan mayoritas umat Islam,” ujar Anwar.
Kondisi kemiskinan ini, kata dia, perlu menjadi perhatian bersama untuk dicarikan solusinya, agar bangsa yang besar ini bisa segera tumbuh menjadi bangsa maju dan makmur.
”Agenda pemberdayaan umat merupakan prioritas, agar ketimpangan di bidang ekonomi ini tidak semakin tergilas perusahaan aseng- asing,” ujar Anwar.
Untuk mewujudkan kebangkitan ekonomi umat, Anwar pun menghimbau agar ormas-Ormas Islam dan organisasi keislaman harus gencar memberdayakan petani, nelayan dan perekonomian mikro tersebut. Karena menurutnya, dengan keikutsertaan lembaga pemberdayaan yang memiliki basis di tengah masyarakat akan sangat membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.
”Masyarakat petani di pedesaan, misalnya, kan bisa kita fasilitasi melalui koperasi yang bisa menjembatani petani akan kebutuhan mereka dalam bertani,” ujar Anwar kepada Koperasi Syariah 212 ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Menurut dia, Ormas Islam yang tengah gencar membangun BMT juga bisa menjadi kekuatan ekonomi skala besar melalui pengembangan sektor ekonomi mikro perkotaan. Ini sebagai upaya pemberdayaan umat dalam bidang ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan mereka.
Terkait dengan Koperasi Syariah 212. Menurut Anwar, Koperasi Syariah 212 bisa mengoordinasikan dan menyinergikan dengan koperasi syariah. Sinergi bisa dilakukan dalam berbagai program dalam upaya peningkatan ekonomi umat Muslim Indonesia.
”Secara ideologis Koperasi Syariah 212 harus didukung dan dibantu. Umat dan ulama harus bergerak, dan pemerintah juga harus peduli. Karena Koperasi Syariah 212 gagasan bagus bisa menggerakkan ekonomi umat,” pungkasnya.