- December 19, 2017
- Posted by: KS Admin
- Category: Berita
![](http://koperasisyariah212.co.id/wp-content/uploads/2017/12/kalisari10-1040x550.jpg)
Yang ditujukan bukan banyaknya investasi, tapi jamaahnya, dan sosialisasi pun tidak boleh berhenti.
Slamet Arifin, Ketua Komunitas KS212 Pasar Rebo mengisahkan awal gerakan kebangkitan ekonomi umat di Kalisari, Jakarta Timur.
Sepulang dari ibadah haji, Slamet mengaku didatangi oleh saudara Pray, yakni pengurus Koperasi Syariah Komunitas Jakarta Timur (KSKJT). Pray meminta Slamet untuk menyosialisasi ke masyarakat Pasar Rebo tentang KSKJT dan 212 Mart.
“Karena saya tinggal di Kalisari maka yang paling mudah buat saya melangkahnya di Kalisari. Mulailah kami melakukan sosialisasi di Masjid Abdullah, Sabtu pagi usai shalat subuh,” kata Slamet kepada KS 212, Ahad (17/12).
Saat sosialisasi di Masjid Abdullah, hadir juga mengundang jamaah dari Masjid Munawaroh, Masjid Nur Fallah, dan lainnya.
Dua hari kemudian kata Slamet, Masjid Munawaroh meminta untuk diadakan sosialisasi. Dilakukanlah sosialisasi pada hari Senin malam di masjid tersebut oleh pengurus KSKJT.
Sejak itu, sebut dia, sosialisasi merambah ke masjid-masjid lain yang ada di Kalisari. Di antaranya, Masjid Nurul Huda, Masjid Nurul Iman, Masjid Al Jadid, Masjid Al Barokah, dan juga kantor RW serta ibu-ibu pengajian.
Ketika bersosialisasi, selain menyampaikan informasi tentang KSKJT juga mengajak jamaah untuk bergabung baik secara keanggotaan maupun investasi.
Lebih dari Rp 1 M Investasi
Slamet bersyukur respon masyarakat Kalisari bagus sekali terhadap gerakan kebangkitan ekonomi umat. Padahal kata dia, Cibubur, Condet, Matraman, dan lainnya sudah mulai duluan.
“Ternyata kami akhirnya menyalip mereka. Dalam perolehan investasi saja kami sudah jauh melampaui mereka. Mereka untuk mencapai nilai Rp 800 juta belum sampai. Kami sudah lebih dari Rp 1 miliar,” ungkap Slamet.
Namun begitu, dia menegaskan, bahwa yang ditujukan bukan sekadar banyak nilai investasinya, tapi juga banyak investornya. Menjadi sangat disayangkan ketika investasinya banyak sehingga sudah cukup untuk mendirikan 212 Mart tapi jamaah atau anggotanya tidak banyak.
Oleh karena itu, tambah dia, saat sosialisasi selalu mengatakan bahwa pihaknya akan mencari orang-orang yang belanja sekaligus mencari investor untuk membantu pasar. “Nah, dengan demikian dua-duanya sudah kita dapat. Alhamdulillah hari ini kita sudah siap berdiri satu toko 212 Mart Kalisari,” ucap Slamet.
Meskipun KSKJT menargetkan satu toko 212 Mart di setiap kecamatan. Tapi, kata dia, Komunitas KS 212 Pasar Rebo menargetkan satu toko 212 Mart di setiap Kelurahan.
Slamet berharap target ini bisa terwujud mengingat respon masyarakat sangat bagus. Menurutnya, kalau sudah berdiri tiap kelurahan maka mudah-mudahan ada kemudahan masyakarat belanja lebih dekat.
“Kalau toko 212 Mart sudah dekat yang agak malas belanja, malasnya berkurang,” ujarnya.
Jadi, tegas Slamet, meskipun 212 Mart sudah berdiri, sosialisasinya tidak boleh berhenti. Karena kita akan merubah pola pikir. Sehingga sosialisasi itu tidak bisa berhenti tapi harus terus digerakkan.
“Saya juga sudah bicara dengan para ustad dan tokoh masyarakat dan Dewan Keluarga Masjid (DKM). Dengan harapan mereka membantu kita untuk menyonsosialisasi agar jamaah komitmen belanja di toko miliknya sendiri,” kata Slamet.
Lalu mengapa di Kalisari terlebih dulu. Slamet mengatakan, karena Kalisari yang menjadi ukuran pertama yakni banyak investornya begitu juga investasinya. Ini diharapkan menjadi penyemangat untuk masyarakat di kelurahan.
Semangat yang Luar Biasa
“Mari berlomba untuk jadi yang tertinggi. Mudah-mudahan ini 212 Mart Kalisari ini jadi motivasi yang berbentuk nyata,” tukasnya.
Slamet juga merasa bangga kepada para relawan yang terus menyosialisasikan gerakan ekonomi umat ini dengan tanpa pamrih.
“Semangat teman-teman sangat luar biasa, pagi subuh, jauh dan hujan pun tetap berangkat. Mereka tidak dibayar malah ngeluarin uang sendiri.Saya salut, ghirahnya sangat bagus,” kata Slamet.
Menurutnya, kunci keberhasilan mendirikan 212 Mart Kalisari adalah dukungan baik dari relawan maupun masyarakat. Terbukti pendaftaran untuk membayar setiap harinya antri. Namun ada kesulitan ketika menyediakan fitur account, itu cukup lama. Sementara yang ingin membayar sudah bertanya terus kapan bisa bayar. “Nah kita yang harus menyiasati supaya mereka bersabar. Orang yang mau bayar disuruh sabar, padahal biasanya disuruh cepat kan kalau mau bayar,” kata Slamet.
Ketika fitur account sudah ada maka pendaftran dimulai. Tapi kesulitannya kata dia, ketika pendaftaran adalah tidak semua orang bisa mengoperasikan itu. Hp-nya juga belum tentu bisa. Kemudian orangnya juga belum tentu bisa mengoperasikan.
“Akibatnya teman-teman yang bantu. Mereka datangi ke rumah jamaah untuk membantu mendaftar,” ujarnya.